sugeng rawuh...

Thursday 1 March 2012

Refleksi Keagamaan


Sudah 20 tahun lamanya saya beragama islam. Sejak lahir agama saya islam dari orang tua saya. Namun, apakah saya sudah benar – benar beragama islam?. Saat bayi lahir di dunia, apakah mereka sudah bisa bersyahadat? Sedangkan mereka hanya bisa menangis, berbicara pun belum bisa. Apakah agama orang tua menurun kepada anaknya? Mungkin baru itu yang terpikir di dipikiran saya. Lalu apakah dengan menga-adzani ditelinganya itu berarti bayi tersebut sudah beragama islam? Bukankah adzan itu panggilan untuk menunaikan sholat? Dan apakah bayi yang baru lahir sudah bisa sholat? Apakah menga-adzani bayi yang baru lahir adalah tuntunan Rasulullah?

Sejak berumur 7 tahun saya mulai mengaji di mushola dekat rumah. Di situ saya belajar tentang islam. Mulai dari syahadat, sholat, puasa, zakat, hingga haji, rukun islam, rukun iman, rukun sholat, wudlu dan lainnya. Dari situlah saya balajar islam selain yang diajarkan di sekolahan. Sampai saya bisa berpikir lebih dalam lagi tentang islam. Namun semakin dewasa saya terhalang karena waktu sekolah yang diakerenakan jauh dan butuh waktu tempuh yang lama, semakin lama saya meninggalkan pengajian itu. Dulu saya juga sering ikut tahlilan orang meninggal. Setiap ada tahlilan dulu saya diajak teman untuk ikut membaca yasin dan tahlil. Sebelumnya saya tidak mengetahui apakah itu juga merupakan tuntunan Rasulullah SAW. Lalu masa SMA saya mulai mengikuti pengajian lewat radio. Dari situ saya mengenal yang namanya bid’ah. Tapi tidak sedetail yang dipahami orang – orang pesantren. Saat itu saya mencari penjelasan atas bid’ah. Namun, ternyata tidak sesederhana itu memahaminya.
Saya mulai meninggalkan tahlilan. Di daerah tempat tinggal saya masih sangat kental dengan yang namanya, tahlilan, kondangan, rasulan, dan yang lainnya. Karena menurut logika saja sudah sangat melenceng jauh, apalagi kalu dihubungkan dengan masalah agama. Sudah jelas menurut saya itu bukan tuntunan Rasulullah. Yang saya ketahui, bahwa ibadah itu sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan apabila ibadah itu tidak diajarkan itu termasuk bid’ah atau mengada – ada. Lalu bagamana dengan ibadah yang tidak dituntunkan olah Rasulullah?. Dan bukankah ibadah yang tidak ada tuntunannya akan tertolak?. Saat itu saya hanya melaksanakan ibadah seperti yang dituntunkan oleh Rasulullah dan yang saya ketahui ilmunya. Meskipun ada yang berpikiran aneh terhadap saya, namun insyaallah yang saya lakukan itu yang saya pahami.
Saya memang tidak mengetahui hadits yang mengetahui dan yang mengatakan hal tersebut. Al-Qur’an ayat berapa dan surat apa, saya juga tidak hafal. Namun, timbul keyakinan bahwa saya yakin bahwa hadits tersebut shoheh dan tidak menentang Al-Qur’an. Jika dipikir dengan logika memang sepertinya bertolak belakang dengan ajaran – ajaran islam yang sebenar – benarnya sangat tidak mempersulit umat islam.
Seperti misalnya sedekah, kalau di sekitar jawa mungkin masih sangat dengan kebudayaan sedekah bumi, bersih desa sampai suatu saat saya mendengar cerita, ada sebuah keluarga yang ingin menempati sebuah rumah baru, yang belum selesai di bangun beberapa waktu. Mereka masih sangat mempercayai dengan kata seorang yang dianggap sebagai tetua di daerah itu. Dengan sebuah ritual bawa sapu lidi dan menyapu – nyapukan di jalan, mereka melangkah ke rumah baru tersebut. Apakah islam menuntunkan yang seperti itu? Tidak kan?. Bukankah islam itu mudah?
Belum lama setelah masuk kuliah, ada yang memberi sebuah video pengajian kepada saya. Setelah saya melihatnya, masyaallah. Ternyata sedekah – sedekah yang dilakukan oleh orang – orang dengan sesaji – sesaji itu benar – benar bukan ajaran umat  islam tetapi ajaran umat Hindu. Kalau tidak salah usatadz yang berceramah adalah Abdul aziz. Dia dulunya adalah seorang pendeta Hindu yang murtat dari agamanya dan masuk Islam setelah mengalami peristiwa yang menurut dia aneh dan mengantarkan dia untuk memeluk Islam. Seperti mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Namun, dia ditentang oleh keluarga yang semua beragama Hindu. Dia menceritakan semua kehidupan setelah dia masuk Islam.
Ceramah itu memberitahu kita bahwa upacara – upacara sepert sedekah – sedekah yang dimana kita saat mempunyai rejeki atau tidak kita seperti diwajibkan untuk bersedekah, bukankah itu memberatkan? Itu bukan Islam, islam itu tidak memberatkan. Penjabaran itu seakan semakin meyakinkan bahwa itu bukan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Lalu tentang berdoa, apakah ada tuntunan berdoa itu dengan dipimpin oleh seorang ustadz? Bukankah doa itu sebuah permintaan kita kepada Allah?dan pasti permintaan orang pasti akan berbeda – beda. Lalu apakah kita faham apa yang dibaca oleh pemimpin kita saat berdoa? Lalu bagaiman dengan apabila doa tersebut kita tidak mengetahuinya tidak akan terkabul? Lalu apakah berdoa harus dilantangkan? Bukankah: dikeraskan atau dilirihkan suaramu saat berdoa, sesungguhnya Allah mengetahui isi hati seseorang. Sejak itu saya jarang berdoa bersama yang dipimpin dan mungkin hampir tidak pernah lagi. Karena kita meminta kepada yang Maha Mengetahui.
Saya pernah meneliti seorang tukang tambal ban. Sangat kebetulan sekali saya waktu itu ban motor saya kepes, terpaksa saya menuntun motor sampai di tempat tambal ban. Sambil memperhatikan bapak itu menggarap ban saya. Saya ajak dia ngobrol – ngobrol sembari menunggu ban selesai dibakar. Kalau diperhatikan secara fisik bapak tukang tambal ban ini memang sudah tua. Namun, saya rasa dia masih mempunyai keinginan bekerja yang sangat luar biasa. Bayangkan saja saat saya mencari tambal ban itu kira – kira pukul 7 pagi. Sepertinya suatu hal yang sangat jarang ditemukan sebuah tambal ban buka sangat pagi. Lalu saya lanjutkan pembicaraan itu, hingga sampai hal yang berhubungan dengan keagamaan. Dia adalah orang yang tidak paham terhadap suatu agama atau kepercayaan, karena dia dulunya memang beragama islam. Pernah sholat, namun saya yakin dia tidak sekhusuk orang – orang yang paham tentang agama. Dia menikah dengan seorang wanita yang beragama non islam. Setelah menikah pun dia sudah jarang beribadah terutama sholat atau bahkan hampir tidak lagi melaksanakan sholat. Hingga akhir obrolan itu dia mengatakan bahwa agama apa saja disitu diajarkan sebuah nilai – nilai kebaikan.
Saya tidak setuju atas apa yang bapak tukang tambal ban ceritakan itu. Namun, saya tidak mengatakan sesuatu yang kurang pas di dalam benak saya. Saya berfikir bahwa setiap orang mempunyai kebebasan dalam hidupnya. Asalkan tidak sampai mengganggu orang lain.
Setelah menjalani kehidupan di kota seperti di jogja ini. Semakin lama semakin terasa perbedaan yang sangat mencolok di kehidupan beragama yang saya jalani. Banyak teman – teman baru yang hampir semua mempunyai pemikiran tentang agama yang berbeda – beda. Pernah di suatu ketika, saat mengobrol santai bersama sebagian teman – teman satu kelas ada suatu bahan pembicaraan yang menyangkut tentang agama. Langsung saja yang mempunyai dasar agama yang kuat dan latar belakang pendidikan misalkan lulusan pondok menyampaikan ilmu yang mereka ketahui. Terkadang sampai mendatangkan suatu perdebatan, tetapi tidak sampai melakukan kekerasan. Sangat terbatas waktu bersantai bersama sehingga menghentikan perdebatan seru yang kami lakukan.
Namun, kita tidak pernah berselisih atau bersitegang karena perbedaan pendapat yang kita punyai masing – masing. Karena kami selalu ada yang mengalah dalam perdebatan tersebut. Kami seakan – akan mempunyai pemahaman terhadap ibadah yang beraneka ragam.
Yang terasa sulit bagi saya adalah untuk rutin bangun pagi dan sholat shubuh. Mungkin dikarenakan setiap hari selalu kuliah sampai malam, sehingga terkadang shubuh saya terlambat, meskipun sudah pasang alarm HP tetapi terkadang tidak bisa bangun untuk sholat shubuh. Tetapi ada juga teman saya yang belum terketuk hatinya untuk rutin sholat lima waktu, dia islam namun jarang sholat. Hampir tidak pernah sholat kecuali sholat jumat.
Ada juga seorang teman yang sholat, namun masih juga melakukan kemaksiatan. Sepertinya sholat yang dia lakukan belum bisa melindungi dirinya dari kemaksiatan. Seakan – akan merasa diawasi oleh Allah belum muncul dari lubuk hatinya. Mungkin juga belum muncul keyakinan terhadap Allah. Dia islam teteapi jarang sholat.

No comments:

Post a Comment