sugeng rawuh...

Saturday 13 October 2012

Tipologi Hubungan Islam dan Sains

Pendahuluan
• Di akhir dasawarsa tahun 90-an sampai sekarang, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci).
• Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”.

Empat Tipologi Hubungan Sains (IlmuPengetahuan) dan Agama (KitabSuci)
1. Tipologi Konflik.
2. Tipologi Independensi.
3. Tipologi Dialog.
4. Tipologi Integrasi.
1. Tipologi Konflik

• Tipe ini menganggap bahwa agama dan ilmu pengetahuan saling bertentangan.
SAINS Vs AGAMA


1. Tipologi Konflik
• Tipe ini terjadi karena agama dan sains sama-sama memberi klaim dalam domain (wilayah) yang sama.
• Contoh : agama dan sains sama-sama berhak menjelaskan tentang asal kejadian alam semesta, heliosentris geosentris,
dll
• Agama dan sains dipandang sebagai dua bidang yang saling bertentangan, sehingga orang hanya memilih satu : menolak agama dan menerima sains atau sebaliknya.
• Agama dan sains berada dalam dua ekstrim yang saling bertentangan, saling menegasikan kebenaran lawannya.
• Tipologi ini dianut oleh kelompok materialisme ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci

MATERIALISME ILMIYAH
• Asumsi : menganggap bahwamateri sebagai realita dasar alam (mementingkan realitas empiris), sekaligus
meyakini bahwa metode ilmiah adalah satu-satunya cara yang sahih untuk mendapatkan kebenaran
• Kelompokmaterialisme ilmiah berpendapat bahwa keyakinan agama tidak dapat diterima karena agama
bukanlah data publik yang dapat diuji dengan percobaan dan kriteria koherensi, kekomprehensifan, dan
kemanfaatan.
• Kelompokmaterialisme berpendapat bahwa sains (ilmu pengetahuan) bersifat obyektif, terbuka, umum, kumulasi fakta dan progress, sedangkan agama (kitab suci) dianggap bersifat subyektif, tertutup, paroki, tidak kritis, dan sangat sulit berubah.

LITERALISME KITAB SUCI
• Asumsi : satu-satunya sumbedr kebenaran adalah kitab suci, karena dianggap sekumpulan wahyu yang bersifat kekal dan benar karena bersumber dari Tuhan
• Kelompok literalisme kitab suci berpendapat bahwa teori ilmiah seperti teori evolusi melambungkan filsafat
materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan.
• Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata munculnya pertentangan antara sains (ilmu pengetahuan) dan
agama (kitab suci) disebabkan adanya pertentangan antara fundamentalisme sains (ilmu pengetahuan) dan
fundamentalisme agama (kitab suci)

2. Tipologi Independensi
Pandangan ini berpendapat bahwa semestinya tidak perlu ada konflik karena sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) berada pada domain yang berbeda, yaitu sains (ilmu pengetahuan) sebagai kajian atas alam sedangkan agama (kitab suci) sebagai rangkaian aturan (nilai) berperilaku dari Tuhan.

SAINS AGAMA
• Pembicaraan tentang sains dan agama dapat dibedakan berdasarkan masalah yang ditelaah, domain yang dirujuk, dan metode yang digunakan.
• Antara sains dan agama mempunyai keinginan untuk saling mengakui perbedaan karakter masing – masing
• Keyakinan keagamaan bergantung sepenuhnya pada kehendakTuhan, berbeda dengan sains yang keyakinannya berdasarkan penemuan manusia
• Sains dibangun berdasarkan pengamatan dan penalaran manusia, sedangkan agama dibangun berdasarkan wahyu Tuhan
• Lingkup utama tindakan Tuhan adalah perilaku dan aturan untuk manusia sedangkan lingkup utama sains adalah alam semesta beserta semua fenomenanya

Langdon Gilkey memetakan independensi antara sains dan agama :
1. Sains menjelaskan data yang bersifat objek, publik dan dapat diulang, Agama berurusan dengan eksistensi tatanan dan keindahan dunia serta pengalaman kehidupan dakhil (rasa bersalah, kecemasan, pemaafan, kepercayaan, dll)
2. Sains mengajukan pertanyaaan “bagaimana” yang obyektif, Agama mengajukan pertanyaan “mengapa” tentang makna tujuan serta asal mula dan takdir terakhir.
3. Basis otoritas dalam sains adalah koherensi logis dan kesesuaian eksperimental, otoritas tertinggi agama adalah Tuhan dan wahyuNya
4. Sains melakukan prediksi kuantitatif yang dapat diuji secara eksperimental, Agama harus menggunakan bahasa simbolis dan analogis karena Tuhan bersifat transenden (ghoib)
3. Tipologi Dialog
Tipologi ini mencari (secara ilmiah) hubungan antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya.

SAINS AGAMA SAINS AGAMA
3. Tipologi Dialog
• Hubungan antara sains dan agama dapat terjadi ketika sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri
(misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?)
• Demikian pula dialog dapat terjadi ketika konsep sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi.

Dasar munculnya dialog antara sains dan agama :
• Adanya pra-anggapan dalam upaya ilmiyah yang memunculkan pertanyaan batas / fundamental ilmuwan dan agamawan dapat bekerja sama untuk menjelaskannya
• Eksplorasi kesejajaran metode antara sains dan agama
• Analisis konsep dalam suatu bidang sains dengan bidang yang lain dalam agama mencari kemiripan
3. Tipologi Dialog
• Tipologi ini membandingkan metodologi kedua bidang ini (sains dan agama).
• Kesamaan metodologis terjadi misalnya bahwa sains tidaklah seobyektif dan agama tidaklah sesubyektif – sebagaimanayang diduga.
• Data ilmiah yang menjadi dasar sains, ternyata melibatkan unsur-unsur subyektifitas.
• Subyektivitas itu terjadi pada asumsi-asumsi teoritis yang digunakan dalam proses pemilahan, pelaporan, dan penafsiran data.
• Lebih dari itu, teori tidak lahir dari analisis data secara logis, tetapi lahir dari imajinasi kreatif yang di dalamnya mengandalkan analogi dan model sebagai faktor yang berperan penting.
• Agama juga tidak sesubyektif yang diduga.
• Data agama meliputi pengalaman keagamaan, ritual, dan kitab suci.
• Data agama lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual.
• Metafora dan model juga berperan penting dalam bahasa agama.

KESIMPULAN :
Jadi, tipologi dialog berupaya mencari persamaan atau perbandingan secara metodologis dan konseptual antara agama dan sains.

4. Tipologi Integrasi
• Tipologi ini dapat terjadi pada kalangan yang mencari titik temu di antara keduanya.
• Tipologi ini menyerukan perumusan ulang gagasan-gagasan teologi tradisional yang lebih ekstensif dan sistematis daripada yang dilakukan oleh pendukung dialog.
• Tiga versi integrasi: natural theology, theology of nature, sintesis sistematis.

Natural Theology
• Natural Theologi (Teologi Alam): menjadikan alam sebagai sarana untuk mengetahui Tuhan.
• Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari (didukung oleh) bukti desain alam yang empiris. Walaupun kenyataanya beberapa sifat Tuhan hanya dapat diketahui dari wahyu kitab suci, tetapi eksistensi Tuhan dapat diketahui dari nalar yang didukung oleh desain alam.
• Thomas Aquinas: “beberapa sifat Tuhan dapat diketahui dari kitab suci, tetapi eksistensi Tuhan itu sendiri dapat diketahui hanya dari nalar”. Argumen kosmologinya: “Setiap peristiwa harus mempunyai ‘sebab’ sehingga kita harus mengakui ‘sebab pertama’ jika hendak menghindari siklus yang tak berujung pangkal”. Argumen teologinya “Ciri umum alam semesta adalah teratur dan intelijibel. Keteraturan dan intelijibilitas menunjukkan bukti tentang desain alam”.

• Argumen dari Thomas Aquinas dikritik oleh David Hume.
• David Hume: “Ada prinsip-prinsip pengatur yang bertanggung jawab atas pola-pola di alam. Itu
terkandung di dalam organisme, bukan di luarnya”.
• Pendapat David Hume mengarah ke eksistensi Tuhan yang terbatas atau eksistensi Tuhan yang tidak mengarah ke eksistensi Pencipta yang Maha Kuasa sebagaimana yang diyakini oleh agama monoteisme seperti Islam.

• Muncullah kontra argumen dari Charles Darwin.
• Charles Darwin: “Tuhan tidak merancang detaildetail partikuler dari spesies individual, tetapi mendesain hukum-hukum proses evolusi yang memungkinkan terbentuknya dengan tetap membiarkan detail-detail tetap terbuka bagi berbagai kemungkinan”.

• Bagaimana menurut Al-qur’an?

Theology of Nature
• Tidak berangkat dari sains tetapi berangkat dari tradisi keagamaan berdasarkan pengalaman keagamaan dan wahyu.
• Doktrin yang bersumber dari agama dapat disempurnakan / dilengkapi oleh sains, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dan modifikasi antara sains dan agama.
• Tradisi keagamaan (pemahaman keagamaan) harus dirumuskan ulang dengan sinaran (baca: perkembangan) sains modern.

• Arthur Peacocke (biokimiawan dan teolog):
pengalaman keagamaan perlu diuji dengan konsensus komunitas, koherensi, kekomprehensifan, dan kemanfaatan.

• Arthur Peacocke: S + ITT = TR
S = sains
ITT = iman dan teologi tradisional
TR = teologi yang telah direvisi

Bagaimana jika tawaran Peacocke diterapkan dalam penafsiran Al-qur’an?

Sintesis Sistematis
• Merupakan sintesa integrasi yang lebih sistematis antara sains dan agama, yang memberikan kontribusi ke arah pandangan yang lebih koheren.
• Merupakan sintesa integrasi sains dan agama yang disistematisasikan melalui filsafat proses, yakni setiap peristiwa atau teori baru merupakan produk masa lalu dari tindakan dan aksi Tuhan.
• Sintesis sistematis merupakan teori baru yang terinspirasi oleh kitab suci.


No comments:

Post a Comment