Konflik
sains dan agama
Dalam
sejarah manusia, sains dan agama lebih sering bersebrangan daripada
berdampingan. Galileo dan Darwin adalha salah satu ilmuwan yang mendapatkan
predikat sesat karena bertentangan degan gereja.
Sedangkan
di pihak intelektual juga menuding kaum agamawan secara irrasional. Karl Marx,
Nietzche, Freud, adalah salah satu contoh. Karl Marx, misalnya, menuduh agama
sebagai candu, Freud menilainya sebagai penyakit neorusis, dan Nietzche
mendeklarasikan kematian tuhan, serta beberapa tokoh lainnya.
Dalam
perkembangannya sains lebih superior dan memenagkan konflik tersebut, ditambah
lagi setelah masa pencerahan (Enlightenment) dan revolusi industri di
Inggris. Peradaban modern yang bersumber rasionalisme Descartes semakin
mejelit. Bahkan, Carl Sagan menyimpulkan bahwa tak ada campur tangan manusia
dalam penciptaan alam semesta ini. Karena itulah, agamawan menilai kalangan saintis
sebagai ateisme.
Kemenangan
sains ini terus berkembang sampai pada akhirnya muncul sebuah kesadaran baru
yang ditandai oleh skeptisisme ala David Hume (1711-1776). Terlebih, setelah
Ian G. Barbour menemukan sebuah formulasi baru dalam menyandingkan agama dan
sains melalui beberapa karya, diantaranya Issues in Science and Religion (1966).
Agama dalam banyak ditempatkan sebagai mitra dan saling melengkapi. Dalam
konteks inilah, Margaret Werheim dalam Pythagora’s Trousers; God, Physics,
and Gender Wars (1996) menyatakan bahwa pengembangan fisika dan astronomi
modern sejak semula tidak lepas dari motivasi dan semangat keagamaan. Maka,
kelahiran Center for Theology and Natural Sciences (CTNS) tahun 1981dan
Yayasan Templeton yang mendedikasikan diri untuk hal tersebut diatas merupakan
kabar yang sangat baik.
Dalam mencermati konsep sains, Bruno
Guiderdoni (2004:41) mengemukakan pendapat yang disertai pula penalaran
terhadap konsep agama. Dia membedakan istilah sains dan agama dalam banyak
definisi.
1. Bahwa sains menjawab pertanyaan
“bagaimana”, sedangkan agama menjawab pertanyaan “mengapa”.
2. Sains berurusan dengan fakta,
sedangkan agama berurusan dengan nilai atau makna.
3. Sains mendekati realitas secara
analisis, sedangkan agama secara sintesis.
4. Sains merupakan upaya manusia
untuk memahami alam semesta yang kemudian akan mempengaruhi cara hidup kita,
tetapi tidak membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Sedangkan agama
adalah pesan yang diberikan Tuhan untuk membantu manusia mengenal Tuhan dan
mempersiapkan manusia untuk menghadap Tuhan.
No comments:
Post a Comment